Kamis, 29 Mei 2008

Logika dan 'Kita'


Dalam menjalani hidup, manusia pasti tidak akan terlepas dari retualitas berfikir. Berfikir tentang apa, siapa, bagaimana, dan seterusnya. Maka dari itu kita kemudian menjadi butuh belajar tentang ilmu logika (filsafat berfikir). Logika adalah sebuah sistem berfikir yang didalamnya meliputi teknik berfikir yang apik. Orang sering kali berkomentar tentang pemikiran orang lain dengan kalimat bertanaya seperti; logiskah pemikiran orag tersebut?

Tapi belum kita tanyakan pada sang komentator tersebut, apakah dia paham atas logika berfikir yang benar? Benar dalam artian sesuai dengan sistematika berfikir yang ada dalam ilmu logika.

Tidak hanya berhenti di dalam sistem berfikir, akan tetapi ilmu logika juga mempelajari tentang bahasa. Karena setiap pemikiran kita pasti akan terekspresikan lewat bahasa. Belum tentu orang yang memiliki sistematika berfikir yang bagus, dapat diterima oleh orang lain ketika dalam ungkapan bahasanya tidak mampu untuk mempengaruhi pendengar agar yakin atas buah hasil fikirannya tersebut. Bahasa dalam hal ini berada dalam posisi yang cukup penting dalam mempelajari ilmu logika.

Tentu kita juga sepakat bahwa apa yang kita fiikirkan dan bahasakan adalah bentuk tangkapan kita terhadap medan realitas. Maka belajar logika juga tidak akan bisa sempurna ketika kita masih belum mampu menangkap realitas dengan cepat dan cekat. Karena manusia adalah makhluk sosial (zon politicon), maka penguasaan terhadap realitas sosial adalah salah satu kunci bagi kita untuk menumbuhkan sistematika berfikir yang logis.

Adapun tokoh yang sampai saat ini masih banyak diikuti pemikirannya tentang logika adalah Aristoteles. Ketokohannya di bidang logika sangat diakui semenjak abad pertengahan, bahkan hingga saat ini pun orang-orang katolik yang belajar filsafat masih memegang teguh ilmu logika yang di cetuskan oleh murid dari Plato ini. Mereka bahkan tidak mau menerima datangnya pemikiran modern tentang logika.

Dalam ilmu logikanya karya terpenting Aritoteles adalah tentang silogisme. Silogisme itu ialah sebuah argumen yang terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama; premis mayor, kedua; premis minor dan terakhir konklusi atau kesimpulan. Ada beberapa silogisme yang masing-masing memiliki nama yang berbeda-beda oleh kamu skolastik.
Berikut beberapa silogisme tersebut:

Silogisme ini bentuk paling di kenal dan dinamakan ‘Barbara’:

Semua manusia fana (Premis mayor).
Jamaludin adalah manusia (Premis minor).
Dengan demikian: Jamaludin fana (Kesimpulan).
Atau:
Semua manusia fana (Premis mayor).
Kader Partai adalah seorang manusia (Premis minor).
Dengan demikian: Kader Partai fana (Kesimpulan).

Bentuk ini dinamakan ‘Calerent’:

Tak ada ikan yang rasional (Premis mayor).
Semua hiu adalah ikan (Premis minor).
Dengan demikian: tak ada hiu yang rasional (Kesimpulan).

Bentuk ini dinamakan ‘Darii’:

Semua manusia rasioanal (Premis mayor).
Sebagian binatang adalah manusia (Premis minor).
Dengan demikian: sebagian binatang adalah rasional (Kesimpulan).

Bentuk ini dinamakan ‘Ferio’:

Tak ada orang Yunani berkulit hitam (Premis mayor).
Sebagian manusia adalah orang Yunani (Premis minor).
Dengan demikian: sebagian manusia tak berkulit hitam (Kesimpulan).

Dari beberapa bentuk silogisme di atas, tentunya akan semakin mempermudah kita dalam mengatur jalan pikir yang mungkin sebelumnya kurang begitu teratur. Dan silogisme ini juga penting ketika kita berada pada titik pengambilan kepeutusan. Karena pengambilan keputusan tidak lantas ditetapkan tanpa ada sebuah proses berfikir yang logis. Silogisme merupakan salah satu alat untuk mencapai kebijaksanaan dalam mengambil sebuah keputusan yang logis tersebut.

Tulisan ini adalah sekelumit saja tentang bagaimana kita mempelajari ilmu logika. Namun kita tidak perlu cemas, karena sampai hari ini di media informasi seperti halnya buku, artikel tentang logika, majalah off line atau pun on line atau bahkan media pendidikan seperti halnya kurikulum pendidikan di perguruan tinggi masih banyak yang menyediakan informasi terkait dengan ilmu logika ini.

‘Berfikirlah Dengan Logis, Berbahasalah Dengan Sistematis, Dan Bertindaklah Dengan Strategis’

Tidak ada komentar: