Di beberapa hari kemarin saya sempat berada dalam satu forum dengan para buruh di Kota Malang. Forum tersebut merupakan bentuk konsolidasi gerakan yang dibangun oleh semua sektor organisasi mulai dari kalangan mahasiswa, buruh, petani dan organisasi kemasyarakatan lainnya se-kota Malang.
Ada statement menarik dari seorang buruh yang sempat tersimpan dalam memori ingatan saya. Bapak yang kebetulan menjadi koordinator umum forum tersebut mengatakan bahwa: kita harus memperkuat aliansi gerakan ini, untuk kemudian merespon beberapa bentuk kebijakan yang tidak berpihak kepada masyarakat. Karena selama ini kita terpecah-pecah, dan out put gerakannya pun tidak jelas. Utamanya kepada kawan-kawan mahasiswa, kami sebagai buruh sangat membutuhkan kalian, karena sampai saat ini kami percaya bahwa kalianlah yang bisa menjadi pelopor dari barisan gerakan rakyat. Jadi, ayo kita bersama-sama saling bergandengan tangan untuk memperjuangkan hak-hak rakyat, pungkasnya.
Dari statement tersebut hati saya sedikit tersentuh, bahwa ternyata memang benar masyarakat kita hari ini masih membutuhkan mahasiswa. Untuk kemudian memberikan pendidikan kritis, sehingga dapat melakukan gerakan bersama-sama dalam satu barisan. Lalu, bagaimanakah dengan mahasiswa saat ini dalam mengemban amanah tersebut? Apakah mahasiswa saat ini secara umum telah memiliki kesadaran yang sama dengan buruh yang saya tulis diatas?
Kalau kita lihat, ada problematika kebudayaan yang mengakar di lingkungan mahasiswa saat ini. Kesadaran mahasiswa sangat beragam, ada beberapa mahasiswa yang memang sadar akan tugas dan fungsi sosialnya, seperti halnya harapan buruh di atas. Ada yang tidak tahu menahu atas problem sosil seperti jeritan buruh itu dan ada yang sudah tahu atas problem yang dihadapi masyarakat, akan tapi kesadarannya masih naif dalam melihat realitas tersebut.
Problematika kesadaran tersebutlah yang akhirnya berdampak terhadap lemahnya gaung gerakan mahasiswa dalam memperjuangkan keadilan, kebenaran dan kejujuran. Pihak pemerintah dalam hal ini sangat diuntungkan. Mereka dengan santainya berkata: Alhamdulillah kondisi perekonomian kita hari ini stabil, karena banyak investor yang masuk untuk menglolah sumberdaya alam kita. Hal ini terjadi juga tidak terlepas partisipasi masyarakat yang tertib dalam menjaga keamanan. Sehingga mereka tertarin untuk menjadi investor bagi negara kita, dalihnya.
Padahal kenyataannya, semakin hari kita semakin terjerat oleh kemiskinan, pengangguran dan lain sebagainya. Sebentar lagi subsidi BBM akan dicabut, eksploitasi terhadap alam sudah tidak dapat dibendung lagi, lalu bagaimana respon mahasiswa atas realitas penindasan tersebut.
Kekuatan global dalam merangkai sistem penindasan harus diakui keberhasilannya. Hal itu bisa dilihat dari semakin meredupnya gerakan kritis masyarakat dalam membendung gerakan dominasinya di negara dunia ketiga seperti Indonesia. Maka kita jangan malu-malu untuk mangatakan: Selamat wahai penindas, teruskan semangat penindasanmu, karena dengan begitu masyarakatku akan segera terhenyak dari lelap tidurnya, semoga!
Ada statement menarik dari seorang buruh yang sempat tersimpan dalam memori ingatan saya. Bapak yang kebetulan menjadi koordinator umum forum tersebut mengatakan bahwa: kita harus memperkuat aliansi gerakan ini, untuk kemudian merespon beberapa bentuk kebijakan yang tidak berpihak kepada masyarakat. Karena selama ini kita terpecah-pecah, dan out put gerakannya pun tidak jelas. Utamanya kepada kawan-kawan mahasiswa, kami sebagai buruh sangat membutuhkan kalian, karena sampai saat ini kami percaya bahwa kalianlah yang bisa menjadi pelopor dari barisan gerakan rakyat. Jadi, ayo kita bersama-sama saling bergandengan tangan untuk memperjuangkan hak-hak rakyat, pungkasnya.
Dari statement tersebut hati saya sedikit tersentuh, bahwa ternyata memang benar masyarakat kita hari ini masih membutuhkan mahasiswa. Untuk kemudian memberikan pendidikan kritis, sehingga dapat melakukan gerakan bersama-sama dalam satu barisan. Lalu, bagaimanakah dengan mahasiswa saat ini dalam mengemban amanah tersebut? Apakah mahasiswa saat ini secara umum telah memiliki kesadaran yang sama dengan buruh yang saya tulis diatas?
Kalau kita lihat, ada problematika kebudayaan yang mengakar di lingkungan mahasiswa saat ini. Kesadaran mahasiswa sangat beragam, ada beberapa mahasiswa yang memang sadar akan tugas dan fungsi sosialnya, seperti halnya harapan buruh di atas. Ada yang tidak tahu menahu atas problem sosil seperti jeritan buruh itu dan ada yang sudah tahu atas problem yang dihadapi masyarakat, akan tapi kesadarannya masih naif dalam melihat realitas tersebut.
Problematika kesadaran tersebutlah yang akhirnya berdampak terhadap lemahnya gaung gerakan mahasiswa dalam memperjuangkan keadilan, kebenaran dan kejujuran. Pihak pemerintah dalam hal ini sangat diuntungkan. Mereka dengan santainya berkata: Alhamdulillah kondisi perekonomian kita hari ini stabil, karena banyak investor yang masuk untuk menglolah sumberdaya alam kita. Hal ini terjadi juga tidak terlepas partisipasi masyarakat yang tertib dalam menjaga keamanan. Sehingga mereka tertarin untuk menjadi investor bagi negara kita, dalihnya.
Padahal kenyataannya, semakin hari kita semakin terjerat oleh kemiskinan, pengangguran dan lain sebagainya. Sebentar lagi subsidi BBM akan dicabut, eksploitasi terhadap alam sudah tidak dapat dibendung lagi, lalu bagaimana respon mahasiswa atas realitas penindasan tersebut.
Kekuatan global dalam merangkai sistem penindasan harus diakui keberhasilannya. Hal itu bisa dilihat dari semakin meredupnya gerakan kritis masyarakat dalam membendung gerakan dominasinya di negara dunia ketiga seperti Indonesia. Maka kita jangan malu-malu untuk mangatakan: Selamat wahai penindas, teruskan semangat penindasanmu, karena dengan begitu masyarakatku akan segera terhenyak dari lelap tidurnya, semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar