Indonesia adalah negara yang memiliki dinamika sosial, politik dan budaya yang lentur. Kondisi sosial kita hari ini masih tetap saja tidak bisa dijustifikasi bermasalah. Karena ada fakta sosial yang bisa kita temukan tanpa masalah. Sebut saja masyarakat menanggapi masalah modernitas. Namun yang ingin saya katakan disini adalah bukan hendak mempermaslahkan fakta sosial, politik dan budaya yang salah atau benar. Akan tetapi saya ingin mengajak kita semua untuk melihat realitas ketiga fokus kajian tersebut yang tidak stagnan. Artinya, realitas sosial masyarakat Indonesia tidak dapat di kongklusikan dengan fakta tertentu yang digeneralisir menjadi fakta sosisal indonesia. begitupun dalam realitas politik dan budaya.
Saya tidak pernah membayangkan orde baru dapat ditumbangkan. Entah karena saya yang tidak berpengetahuan, hingga saya tidak pernah menganalisis realitas politik kebangsaan. Atau jangan-jangan realitas politik penumbangan orde baru datang dengan tiba-tiba tanpa ada yang memprediksi. Dalam pemilihan umum 1999 dalam realitas politik kita dikagetkan dengan terpilihnya Gus Dur menjadi Presiden. Bahkan di dalam realitas politik di PEMILU 2004 kemenangan Susilo bambang yudhoyono sempat mengagetkan. Karena kedua momentum politik tersebut sama-sama tidak di jadikan sebagai perbincangan analisis politik masyarakat pada umumnya.
Realitas kebudayaan juga tidak kalah dinamis dan lenturnya dari realitas sosial politik. Karena pada dasarnya Indonesia lahir dengan basis keragaman. Dimana kebudayaan Indonesia tidaj dapat didefinisikan secara saklek. Hal itu terjadi bukan hanya dari awal kelahiran Indonesia, sampai saat ini pun Indonesia masih ragam akan kebudayaan, dan lainnya.
Saya tidak pernah membayangkan orde baru dapat ditumbangkan. Entah karena saya yang tidak berpengetahuan, hingga saya tidak pernah menganalisis realitas politik kebangsaan. Atau jangan-jangan realitas politik penumbangan orde baru datang dengan tiba-tiba tanpa ada yang memprediksi. Dalam pemilihan umum 1999 dalam realitas politik kita dikagetkan dengan terpilihnya Gus Dur menjadi Presiden. Bahkan di dalam realitas politik di PEMILU 2004 kemenangan Susilo bambang yudhoyono sempat mengagetkan. Karena kedua momentum politik tersebut sama-sama tidak di jadikan sebagai perbincangan analisis politik masyarakat pada umumnya.
Realitas kebudayaan juga tidak kalah dinamis dan lenturnya dari realitas sosial politik. Karena pada dasarnya Indonesia lahir dengan basis keragaman. Dimana kebudayaan Indonesia tidaj dapat didefinisikan secara saklek. Hal itu terjadi bukan hanya dari awal kelahiran Indonesia, sampai saat ini pun Indonesia masih ragam akan kebudayaan, dan lainnya.
1 komentar:
Indonesia itu ada sudah merupakan sebuah mukjizat. Klo melihat sejarah saya jadi miris Ruz, betapa negeri ini dipenuhi dendam, amarah dan kebencian selama berabad-abad.
Manjadi Indonesia oleh karena itu tidak pernah bisa final. Tidak pernah bisa tuntas untuk dipermasalahkan.
Selalu terbuka ruang untuk melakukan dialektika atasnya. Tentunya dengan berbasis pengetahuan yang dalam atas realitas. Sehingga kita memahami Ada, tidak hanya menggunakan nalar yang tajam belaka. Tetapi juga dengan kebeningan hati.
Majulah terus Indonesia. Saya, meskipun sedikit, masih punya bejubel harapan untukmu...
tabik,
AAR.
Posting Komentar